Mengembangkan Bakat Berkesenian di KBSM

Komunitas ini dibentuk sebagai wadah pengembangan bakat bagi seniman Medan khususnya untuk alat musik biola. Di sini mereka bukan hanya belajar teknik bermain biola tetapi juga bagaimana membina sikap dan mental.


Mengunjungi Taman Ahmad Yani, Jalan Sudirman, Medan di hari Minggu pasti ada pemandangan dan rasa yang berbeda. Bukan karena banyaknya masyarakat yang datang berolahraga atau sekedar melihat canda tawa para pengunjung, namun karena suara biola yang mengalun merdu berhembus dari balik pepohonan di dalam taman. 

Ternyata, suara merdu biola itu datang dari sekelompok anak muda yang tergabung dalam Komunitas Biola dan Seniman Medan (KBSM). "Kami memang setiap  hari Minggu kumpul di sini,"  kata Tengku Mira Sinar, salah seorang pengurus KBSM .

Komunitas ini didirikan oleh Tengku Ryo, seorang pemain biola yang namanya sudah eksis di kancah musik Indonesia. Suatu ketika, Tengku Ryo prihatin melihat kondisi  musisi jalanan di Medan yang tak tentu arah tanpa tujuan. Melihat itu, hatinya pun tergerak dan akhirnya membentuk komunitas belajar biola secara gratis di sanggar Sinar Budaya Group (SBG), Jalan Abdullah Lubis Nomor 42/47 Medan.

"Anak-anak komunitas ini sebagian besar adalah musisi jalanan yang belajar secara otodidak karena keterbatasan biaya untuk belajar secara formal. Dengan bergabung di komunitas ini kami memberikan peluang bagi pengembangan bakat seniman Medan khususnya untuk alat musik biola, bukan hanya teknik bermain tetapi juga bagaimana membina sikap dan mental," ungkap Mira Sinar.

Di komunitas ini, Mira Sinar sendiri duduk sebagai pelindung bersama ayahnya, Almarhum Tengku Luckman Sinar SH, tokoh masyarakat Melayu Sumatera Utara sekaligus pendiri Yayasan Kesultana Serdang.  Tengku Luckman Sinar SH semasa hidup sempat juga beberapa lama ikut terlibat membina komunitas ini.  

Ketika itu, Tengku Ryo, Mora Sinar dan Almarhum Tengku Luckman Sinar SH bercita-cita dengan didirikannya KBSM dan disediakannya sarana pendidikan informal secara  gratis, musisi dan seniman Medan bisa lebih maju lagi dalam mengembangkan bakat di bidang kesenian.

Selama perjalanannya, aktivitas KBSM  juga sempat mengalami pasang surut. Bahkan, sempat fakum hampir selama satu tahun selain kesibukan masing-masing juga karena perbedaan pendapat yang mana sudah lazim di sebuah perkumpulan. 

Kemudian pada pertengahan 2012, komunitas  dibangkitkan lagi dan mulai berkembang hingga sekarang. Komunitas ini juga pernah berlatih di lapapangan Merdeka, Medan dan kemudian pindah ke taman Ahmad Yani dan Sesekali berlatih di SBG.

Namun, kondisi itu berhasil dilewati. Bukti itu terlihat dari jumlah anggota yang bergabung sampai saat ini, sudah sekitar 100 orang seniman. Mereka berasal dari berbagai gender, usia, profesi, suku, dan agama. 

Bahkan, komunitas yang semula hanya didirian untuk mengembangkan bakat alat musik biola, 
kini melebarkan sayap menjadi Komunitas Biola dan Seniman Medan karena banyak anak muda Medan yang menemuki kesenian lain, seperti tari dan theater, bergabung di komunitas ini.

Menurut Mira Sinar, banyaknya seniman begabung di KBSM karena komunitas ini adalah tempat untuk mengembangkan bakat dan membina jaringan. 

"Tidak ada tendensi siapa lebih hebat dan lain sebagainya, semua dalam posisi yang sama. Tidak ada keterikatan dan paksaan untuk latihan atau bergabung, hanya ada struktur sederhana untuk mengatur jalannya roda komunitas," ujarnya.

Meski demikian komunitas ini bukan berarti hanya berkarya di internal saja. Komunitas ini juga sudah sering tampil dalam berbagai event kesenian.  Event kesenian yang pernah dibuat diantaranya, konser di Hotel JW Marriot Medan dalam acara Hari Kemerdekaan Amerika Serikat,  4 Juli 2010 dan Konser tema 'Kau Aku' dan di Taman Budaya Sumatera Utara, Jalan Perintis Kemerdekaan, Medan pada 30 Maret 2013 yang berjalan sangat sukses. 


"Kegiatan ke depan kita akan membuat pertunjukan, mengasah keterampilan dan membuka kesempatan untuk kegiatan-kegiatan seni, berkolaborasi dan lain-lain," tutur Mira Sinar.

Nah, bagi yang tertarik bergabung,  komunitas ini masih terbuka bagi siapa saja tanpa dikenakan syarat khusus. Namun, tentunya harus memiliki keinginan untuk berkesenian. komunitas ini juga secara tidak langsung menciptakan pembelajara budi pekerti dan kemampuan untuk bekerja sama satu sama lain.

"Disini kegiatannya lebih banyak berlatih, berbagi informasi, membuat konser, dan lain-lain," tambahnya.

Mira Sinar menyadari menjaga kekompakan dan kebersamaan antara pengurus dan anggota adalah hal yang penting di sebuah komunitas. Makanya, agar kekompakan antar anggota dan  pengurus tetap terjalin, ia sering membuat diskusi terbuka. "Manajemen yang terbuka dan saling mendengar masukan, tidak  mementingkan diri sendiri," tegasnya.

Meski tidak memiliki peraturan (AD/ART) yang mengikat antara pengurus dan anggota, namun komunitas ini memiliki program dan arah yang jelas karena berlindung di bawah bendera Yayasan Kesultanan Serdang dan Sinar Budaya Group yang berbadan hukum sah dalam legalitas akte. "Kami memberikan pengajaran bagi pemula yang bergabung secara suka rela," tuturnya.

Menurut Mira Sinar, agar kesenian di Medan bisa berkembang, hal yang terpenting adalah pola pikir para senimannya bisa lebih terbuka dan bisa menerima kelebihan orang  lain, sarana dan prasarana yang mendukung dan dukungan dari pemerintah dan masyarakat Medan itu sendiri. (midian coki)


Komentar