Semangat Berkebun dan Penghijauan


Di tengah keterbatasan lahan untuk berkebun di perkotaan, seharusnya tidak menjadi alasan tidak semangat bercocok tanam. Komunitas Medan Berkebun sudah membuktikannya






















Semangat bercocok tanam dilakukan para anak muda ini patut dijadikan sebagai contoh bagi masyarakat perkotaan. Di tengah pembangunan perumahan dan gedung-gedung pencakar langit terus meningkat yang berimbas pada terbatasnya lahan kosong dan ruang hijauan di Kota Medan, mereka tetap peduli dengan penghijauan.  

Melalui hobi bercocok tanam, mereka menyulap lahan-lahan kosong dan terlantar menjadi asri dan hijau dengan menanam berbagai jenis tanaman sumber makanan mulai sayuran dan sebagainya.      

"Tujuan kita adalah mewujudkan Indonesia mandiri pangan dimulai dari halaman rumah sendiri yang sesuai dengan visi kita yaitu 3E: ekologi, edukasi dan ekonomi," sebut Koordinator Medan Berkebun M Fikri Ridho.
 
Visi untuk ekologi terang M Fikri Ridho, adalah dengan berkebun mereka dapat menghijaukan kembali ruang-ruang kosong dan terlantar. Visi edukasi, dapat berbagi ilmu dengan masyarakat dalam pengelolaan tanaman yang baik dan cara bercocok tanam. Sementara visi ekonomi, dengan  berkebun dapat menyokong ekonomi keluaga dengan mengurangi pengeluaran belanja sayur-mayur. 

Kehadiran komunitas ini di Kota Medan dimulai dari terbentuknya Jakarta Berkebun di akhir tahun 2010 lalu yang menjadi cikal bakal Indonesia Berkebun. 

Medan Berkebun terbentuk termotivasi dari keprihatinan masyarakat urban melihat semakin rusaknya lingkungan karena pembuangan sampah, menurunnya kualitas kota baik secara estetika, kurangnya ruang hijau dan ruang publik terutama untuk anak-anak bermain, serta ancaman krisis sumber makanan di masa depan
Hajar Suwantoro, pendiri Medan Berkebun yang juga dosen di jurusan Arsitektur, Universitas Sumatera Utara (USU), 


kemudian menyebarkan semangat   berkebun kepada mahasiswanya. Semangat berkebun juga dikampanyekan ke penggiat socmed dan melalui sosial media.
Usaha Hajar Suwantoro pun tak sia-sia, jumlah orang yang bergabung aktif dari awal terbentuk hingga sekarang sudah sekitar 25-30 orang. Itu belum termasuk partisipan yang disebut sebagai Sahabat Kebun.       

Mereka yang aktif bergabung berasal dari latar belakang apa saja. Namun, keanggotaan di Medan Berkebun bebas dan tidak terikat karena komunitas ini berbasis hobi.

"Selama memiliki hobi dalam bercocok tanam ataupun mau belajar tentang bercocok tanam, komunitas ini terbuka untuk semua kalangan, tua dan muda boleh bergabung," terang Fikri Ridho.

Menurut Fikri Ridho, alasan yang membuat orang tertarik berkebun dengan mereka karena semangat berkebun dan berbagi serta belajar bersama sahabat-sahabat yang baru mau memulai untuk berkebun.  
Fikri Ridho masih ingat betul, pertama kali semangat berkebun mereka buktikan dengan meminjam lahan di Komplek Taman Setiabudi Indah 2, di akhir 2011. Lahan kosong itu ditanami dengan beragam sayur-mayur dan jagung hingga masa pinjaman habis. 
Kemudian mereka mendapat tawaran lahan dari OSIS SMA Dharma Pancasila untuk melaksanakan program "School Farming". Setelah itu bekerjasama dengan Kompas Muda Medan untuk mewujudkan project "Kebun Raya Mini" di Sekolah Alam Medan Raya di Tuntungan. 

"Setelah itu kami mendapat tawaran membuat kebun kecil di sebelah sekretariat PEMA USU, dan kami bertahan empat bulan sebelum pindah ke lahan yang lain. Di samping Sekretaariat PEMA USU kami pernah membuat acara "Panen Asik" dengan mengajak peserta belajar berkebun dan langsung panen saat itu juga. Agar lebih seru kami langsung memasaknya dengan menyiapkan alat dan bahan sebelumnya. Setelah itu beberapa kali kami berkebun di lahan petani sekedar melepaskan hobi karena belum ada pinjaman lahan lagi," tambah Fikri Ridho. (Midian Simatupang)


Komentar