Menikmati Barang Antik Koleksi Jimmy Siahaan


ILUSTRASI




















Tidak ada pemandangan menarik melihat bagian luar rumah bekas peninggalan 


Belanda di Jalan Letjen Suprapto Nomor 11, Medan itu, Kamis pertengahan Agustus lalu.  Namun, begitu masuk ke bagian dalam, pandangan mata terkesima melihat berbagai jenis benda-benda antik.

Berbagai perabotan rumah tangga terbuat dari kayu,  alat komunikasi , elektornik  dan barang lainnya yang sudah berusia sampai ratusan tahun, masih bisa dilihat. Itu belum semuanya. “Di rumah saya di Jakarta, masih banyak lagi,” kata Ir Jimmy Siahaan MCP, sang pemilik barang antik tersebut.

Seluruh barang-barang antik milik Jimmy,  hampir memadati seluruh bagian rumahnya.  Sangkin banyaknya, Jimmy pun tidak ingat lagi jumlahnya. “Tapi kalau ada yang hilang, saya pasti tahu,” ungkap Jimmy Siahaan.

Hobi mengkoleksi barang-barang antik di hati pensiunan Pegawai Negeri Sipil (PNS) memang  sangat besar. Bila sudah suka, kata Jimmy, meski tidak ada uang, hutangpun jadi.

Maka tak heran, sosok pria ini di kalangan kolektor dan penggemar barang-barang antik di Tanah Air khususnya di Kota Medan, sudah tak asing lagi. Bahkan, sejumlah orang penting di Kota Medan, kecantol dengan koleksinya, hingga rela mengeluarkan uang ratusan juta rupiah.

Meski banyak berminat membeli koleksinya, Jimmy tidak menjadikan rumahnya layaknya sebuah toko penjual barang antik. “Saya tidak membuka. Kalau kebanyakan bisa mengganggu privasi, akhirnya mengganggu,” tukasnya.

Hobi mengkoleksi barang-barang antik, sejatinya mulai digeluti Jimmy, ketika masih mahasiswa jurusan Arsitek di Institut Teknologi Bandung (ITB) sejak tahun 1972 lalu. 

Sebagai anak perantauan yang ekstra hati-hati dalam pengeluaran, dia memilih membeli kebutuhan  perabotan di kamar kostnya  dari pasar loak di Bandung. 

“Ini lah yang pertama kali saya beli,” ungkap Jimmy sembari menunjukan sebuah kursi putar unik berbahan kayu .   

ILUSTRASI
Jimmy mengaku lebih menyukai barang-barang antik berbahan kayu, terutama mebel seperti lemari, kursi, meja dan sebagainya. Tak heran, kebanyakan barang koleksinya adalah mebel.  

“Saya senang melihat barang-barang dari kayu, apalagi kalau diletakkan,”  terangnya tersenyum.

Jimmy masih ingat, ketika hobinya kepada barang antik menggebu, sempat membuat pemilik kostnya  gerah. “Jangan beli barang-barang, nanti penuh rumah saya,” ujar Jimmy mengingat teguran pemilik kost kepadanya ketika itu.  

Namun demikian, semangat Jimmy untuk mengkoleksi barang-barang tua, terus berlanjut sampai saat ini. Paling banyak barang-barang antik itu diperolehnya di Pulau Jawa. Ketika masih aktif sebagai PNS dan sering bertugas ke luar kota. “Paling banyak dari Surabaya, Malang dan Semarang,” ungkapnya.

Hingga pada tahun 1990-an, Jimmy terpikir mendirikan sebuah resort dengan suasana antik di Tapanuli. Namun karena harga tanahnya mahal, dia memilih akhirnya membeli rumah yang ditempatinya sekarang dan memindahkan sebahagian barang-barang koleksi ke Medan. Namun, rumah ini baru ditempatinya pada tahun 1995 setelah berhenti bekerja.

Di rumah inilah, Jimmy sekarang memanfaatkan masa tuanya lebih fokus dengan koleksinya. Setiap barang koleksi yang dilihatnya,  membawanya alam pikirannya menyaksikan masa lampau. 
(Coki Simatupang|MID MAGZ)

Komentar