Dokter Pola Hidup Sehat

Paras wajahnya keibuan. Tubuhnya tinggi dan langsing. Gaya bahasanya rendah diri bila berbicara dengan siapa saja. Sebahagian banyak waktunya digunakan untuk memberikan pendidikan hidup sehat kepada masyarakat di pinggiran kota hingga pelosok desa.


Apsari Diana Kusumastuti
Foto: Pribadi
Saya pernah bertemu dengannya di Baba Cafe, Jalan Kesawan, Medan, Agustus 2013 lalu, sewaktu saya masih bekerja sebagai redaktur (editor) di Harian Jurnal Asia.



Ditemani dua cangkir kopi panas dan pisang goreng di bubuhi coklat, menambah keakraban selama perbincangan kegiatan rutinnya memberikan pendidikan pola hidup sehat dan lingkungan hidup kepada masyarakat.

Kegiatan ini dilakukan Apsari Diana Kusumastuti di bawah bendera Health Education, Research & Technology (HeratIndo) Foundation, lembaga didirkan bersama Prof dr Sutomo Kasiman Sp PD SpJP, dr Ichsan Agus Efendi dan Jandes Sragaih MKes pada tahun 2009 lalu. Di HeratIndo Foundation, Apsari--panggilan akrabnya, duduk sebagai direktur.

"Kami adalah segelintir orang yang memiliki background kesehetan dan ingin mencoba membantu masyarakat dan Pemerintah Indonesia dalam sektor pendidikan kesehatan masyarakat khususnya untuk preventif (pencegahan) program," ungkap kelahiran Pontianak, 10 April 1969 ini. 

Apsari mengatakan, HeratIndo Foundation, memiliki wilayah kerja di Sumatera Utara dan Sumatera Barat. Program utama dikerjakan adalah mengedukasi perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS), untuk tatanan Sekolah Dasar, Posyandu, Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) serta masyarakat.

Selain program utama ini, HeratIndo Foundation juga memiliki program Anak Muda Perangi AIDS, Pasar Sehat, Nutrisi untuk PAUD, World Heart Day, Global Handwashing Day, International Children Day. "Seluruh program tersebut bermitra bersama Uniliver Indonesia unilever.co.id dengan tujuan akhir 'Sustainability Living Plan'," terang Apsari. 

Memilih pekerjaan ini, memiliki tantangan tersendiri. Tidak jarang, saat menjalani tugas, pehobi Photography ini, harus melalui medan yang kotor, kumuh dan terisolir. Namun kondisi medan seperti ini dilaluinya dengan santai. "Saya lebih senang blusukan bang ketimbang masuk mall," ujarnya tersenyum. 

Bagi lulusan pasca sarjana Ilmu Kesehatan Masyarakat, Universitas Sumatera Utara (USU), dengan predikat cumLaud ini, bertemu banyak orang dan mengunjungi tempat-tempat baru banyak memberi inspirasi dan bisa memperkaya wawasan soal menjalani hidup.

 Apsari Diana Kusumastuti. Pribadi
"Saya juga bisa merefleksikan diri, melihat apa yang saya miliki sekarang, yang masih saya impikan dan mengevaluasi juga untuk menuju manusia lebih baik," kata istri Aredew Paul Watts ini. 

Memberikan pendidikan hidup sehat kepada masyarakat di pinggiran kota hingga pelosok desa dan daerah bencana sudah dilakukan Apsari sejak menyelesaika pendidikan Kedokteran di Universitas Methodis Medan (1987-1995).

Sebelum di HeratIndo Foundation, pehobi photography, cooking dan traveling ini pernah bekerja di sejumlah organisasi kesehatan dunia: United States Agency for International Development (USAID), World Health Organization (WHO), Red Cross dan Millinneum Challenge Corporation (MCC). 

Tak hanya itu, ia juga pernah memperkarsai, mengembangkan dan memfasilitasi 11 Dinas Kesehatan di Provinsi di Sumatera Utara, membangun forum komunikasi dengan tujuh organisasi: IDAI, IBI, IDI, PKK, Aisyiyah, Muslimat NU dan lain-lain. 

Ketertarikan, Apsari pada kegiatan sosial kemasyarakatan khusus di bidang kesehatan, terinsipirasi dari sosok Mahatma Gandhi, seorang pemimpin spritual yang paling penting dalam kemerdekaan India. 

"Beliau (Mahatma Gandhi) sosok idola saya. Beliau mengatakan, sekolah hidup ada di tengah masyarakat dari berbagai latarbelakang dan komunitas," ujarnya.

Apsari memiliki impian suatu hari nanti, Indonesia memiliki sistim komunitas terpadu untuk pengelolaan dan manajemen kesehatan untuk masyarakat. (Midian Coki)  

Komentar